SEJARAH KABUPATEN BANJARNEGARA
PEMERINTAH
KABUPATEN BANJARNEGARA
DINAS
PENDIDIKAN KABUPATEN BANJARNEGARA
SMA
N 1 BANJARNEGARA
TAHUN
PELAJARAN 2013/2014
afiyani rahayuning tyas
x.sos-2
sma n 1 banjarnegara
afiyani rahayuning tyas
x.sos-2
sma n 1 banjarnegara
BAB 1
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Makalah ini kami susun untuk memenuhi
tugas penelitian sejarah dan untuk menambah wawasan tentang ” kenalilah kota mu
dan kenalilah lingkungan Banjarnegara”. Oleh Karena itu kami memilih sejarah
KABUPATEN BANJARNEGARA sebagai objek penelitian kami. Kami ingin mengetahui apa
sebab di dirikannya KABUPATEN BANJARNEGARA DAN SIAPA PENDIRINYA.
Banyak
tempat – tempat bersejarah yang ada di Kabupaten Banjarnegara ini. Dan banyak
pula pahlawan Pahlawan Banjarnegara yang telah gugur di medan pertempuran
2.
Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang yang ada
diatas, ada beberapa permasalahan yang muncul yang dapat dirumuskan adalah
sebagai berikut :
Ø Siapapendiri
Banjarnegara?
Ø Bagaimana sejarah
didirikannya Kabupaten Banjarnegara?
Ø Siapa yang
mempejuangkan Banjarnegara?
1.1 Metode Penelitian
Metode penelitian
yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah :
Ø Metode Observasi : metode penelitian dengan mengadakan
observasi ? penelitian terhadap objek yang dipilih.
Ø Metode Interview : Metode penelitian yang dilakukan dengan
cara mewawancarai narasumber yang terpercaya.
Ø Metode pengetahuan
: Metode melalui buku – buku sejarah Banjarnegara
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang:
Ø Mengetahui siapa
saja pahlawan Banjarnegara,
Ø Mengetahi siapa bupati
pertama Banjarnegara
Ø Mengetahui siapa
yang mendirikan memberi nama Banjarnegara
Ø Mengetahui
Bagaiman Sejarah didirikannya Banjarnegara
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat yang telah kami dapat setelah
melakukan penelitian adalah:
Ø Bisa memperoleh
pengetahuan sejarah Kabupaten Banjarnegara
Ø Bisa mengetahui tentang
pahlawan – pahlawan Banjarnegara
Ø Bisa mengetahui
tentang Bupati pertama Banjarnegara
Ø Bisa mengetahui
siapa yang mendirikan Banjarnegara
BAB II
ISI
SEJARAH KABUPATEN BANJARNEGARA
Riwayat berdirinya
Kabupaten Banjarnegara disebutkan bahwa seorang tokoh masyarakat yang bernama
Kyai Maliu sangat tertarik akan keindahan alam di sekitar Kali Merawu selatan
jembatan Clangkap. Keindahan tersebut antara lain karena tanahnya berundak, berbanjar
sepanjang kali. Sejak saat itu, Kyai Maliu kemudian mendirikan pondok/rumah
sebagai tempat tinggal yang baru. Dari hari ke hari kian ramai dengan para
pendatang yang kemudian mendirikan rumah disekitar tempat tersebut sehingga
membentuk suatu perkampungan. Kemudian perkampungan yang baru dinamai “BANJAR”
sesuai dengan daerahnya yang berupa sawah yang berpetak-petak. Atas dasar
musyawarah penduduk desa baru tersebut Kyai Maliu diangkat menjadi Petinggi
(Kepala desa), sehingga kemudian dikenal dengan nama “Kyai Ageng Maliu
Pertinggi Banjar”. Keramian dan kemajuan desa Banjar di bawah kepemimpinan Kyai
Ageng Maliu semakin pesat tatkala kedatangan Kanjeng Pangeran Giri Wasiat,
Panembahan Giri Pit, dan Nyai Sekati yang sedang mengembara dalam rangka syiar agama
Isalam. Ketiganya merupakan putra Sunan Giri, raja di Giri Gajah Gresik yang
bergelar Prabu Satmoko. Sejak kedatangan Pengeran Giri Pit, Desa Banjar menjadi
pusat pengembangan agama Islam dan menjadi desa Banjar.Karena kepemimpinannya
itulah Desa Banjar semakin berkembang dan ramai. Desa Banjar yangdidirikan oleh
Kyai Ageng Maliu inilah pada akhirnya menjadi cikal bakal Kabupaten
Banjarnegara.(Disadur dari Buku Banjarnegara, Sejarah dan Babadnya,Obyek Wisata
dan Seni Budaya yang disusun oleh Drs. Adi Sarwono, disusun kembali oleh
Sekretariat Panitia HUT RI dan Hari Jadi ke-175 Banjarnegara 2006).
KABUPATEN BAJAR WATU LEMBU BERDASARKAN SILSILAH DAN SEJARAH
BAYUMA
Setelah Adipati
Manguntudo I wafat, disebutkan bahwa pengganti Bupati Banjar Petambakan adalah
puteranya yang bergelar R. Ngabehi Mangunyudo II, yang dikenal dengan R. Ngabehi
Mangunyudo Sedo Mukti.
Diera kepemimpinannya, Kabupaten dipindahkan ke sebelah Barat Sungai Merawu dengan nama Kabupaten Banjar Watu Lembu Pertama, yang kemudian digantikan oleh puteranya, bergelar Kyai R. Ngabei Mangunyudo III yang kemudian berganti nama menjadi Kyai R. Ngabei Mangunbroto,Bupati Anom Banjar Selolembu. Masih dari sumber yang sama, R. Ngabei Mangunbroto wafat karena bunuh diri.
Pengganti adalah R.T. Mangunsubroto yang memerintah Kabupaten Banjar Watu Lembu (Banjar selo Lembu).
R. Ngabei Mangunyudo II merupakan Bupati Banjar Watu Lembu Pertama, yang kemudian digantikan oleh puteranya, bergelar Kyai R. Ngabei Mangunyudo III yang kemudian berganti nama menjadi Kyai R. Ngabei Mangunyudo, Bupati Anom Banjar Selolembu. Masih dari sumberyang sama R. Ngabei Mangunbroto wafat karena bunuh diri.Penggantinya adalah R.T.Mangunsubroto yang memerintah Kapubaten Banjar Watulembu sampai tahu 1931. Karena Kabupaten Banjar Watulembu sangat antipati terhadap Belanda, setelah perang Diponegoro di mana kemenangan dipihak Belanda, Kabupaten Banjar Watulembu diturunkan statusnya menjadi Distrik dengan dua penguasa yaitu R. Ngabei Mangunsubroto dan R. Ng. Ranudirejo.
KABUPATEN BANJAR WATU LEMBU BERDASARKAN SILSILAH KETURUNAN R. NGABEI BANYAKWIDE
Diera kepemimpinannya, Kabupaten dipindahkan ke sebelah Barat Sungai Merawu dengan nama Kabupaten Banjar Watu Lembu Pertama, yang kemudian digantikan oleh puteranya, bergelar Kyai R. Ngabei Mangunyudo III yang kemudian berganti nama menjadi Kyai R. Ngabei Mangunbroto,Bupati Anom Banjar Selolembu. Masih dari sumber yang sama, R. Ngabei Mangunbroto wafat karena bunuh diri.
Pengganti adalah R.T. Mangunsubroto yang memerintah Kabupaten Banjar Watu Lembu (Banjar selo Lembu).
R. Ngabei Mangunyudo II merupakan Bupati Banjar Watu Lembu Pertama, yang kemudian digantikan oleh puteranya, bergelar Kyai R. Ngabei Mangunyudo III yang kemudian berganti nama menjadi Kyai R. Ngabei Mangunyudo, Bupati Anom Banjar Selolembu. Masih dari sumberyang sama R. Ngabei Mangunbroto wafat karena bunuh diri.Penggantinya adalah R.T.Mangunsubroto yang memerintah Kapubaten Banjar Watulembu sampai tahu 1931. Karena Kabupaten Banjar Watulembu sangat antipati terhadap Belanda, setelah perang Diponegoro di mana kemenangan dipihak Belanda, Kabupaten Banjar Watulembu diturunkan statusnya menjadi Distrik dengan dua penguasa yaitu R. Ngabei Mangunsubroto dan R. Ng. Ranudirejo.
KABUPATEN BANJAR WATU LEMBU BERDASARKAN SILSILAH KETURUNAN R. NGABEI BANYAKWIDE
Dalam sumber sejarah
disebutkan bahwa yang menggantikan Mangunyudo I adalah R. Ngabehi Kenthol
Kertoyudo yang kemudian bergelar R. Ngabehi Mangunyudo II. Dalam perang
Diponegoro lebih dikenal dengan R. Tumenggung Kertonegoro III atau Mangunyudo
Mukti. Pada masa pemerintahan, Kabupaten dipindahkan ke sebelah Barat Sungai
Merawu dan kemudian dinamakan Kabupaten “Banjar Watulembu“.
Sikap Adipati Mangunyudo II yang sangat anti terhadap Belanda dan bahkan turut memperkuat pasukan Diponegoro dalam perang melawan Belanda (di mana perang tersebut berakhir dengan kemenangan di pihak Belanda), berakibat R.Ngabei Mangunyudo II dipecat sebagai Bupati Banjar Watulembu, dan pada saat itu pula status Kabupaten Banjar Watulembu diturunkan menjadi Distrik dengan dua penguasa yaitu R. Ngabei Mangun Broto dan R. Ngabei Ranudirejo. Terlepas sumber yang benar, para pemimpin/Bupati Banjar mulai Mangunyudo I sampai yang terakhir Mangunsubroto atau Mangunyudo II, semua anti penjajah Belanda.
KABUPATEN BANJAR PETAMBAKAN
Sikap Adipati Mangunyudo II yang sangat anti terhadap Belanda dan bahkan turut memperkuat pasukan Diponegoro dalam perang melawan Belanda (di mana perang tersebut berakhir dengan kemenangan di pihak Belanda), berakibat R.Ngabei Mangunyudo II dipecat sebagai Bupati Banjar Watulembu, dan pada saat itu pula status Kabupaten Banjar Watulembu diturunkan menjadi Distrik dengan dua penguasa yaitu R. Ngabei Mangun Broto dan R. Ngabei Ranudirejo. Terlepas sumber yang benar, para pemimpin/Bupati Banjar mulai Mangunyudo I sampai yang terakhir Mangunsubroto atau Mangunyudo II, semua anti penjajah Belanda.
KABUPATEN BANJAR PETAMBAKAN
Kyai Ngabehi Wiroyodo
merupakan Bupati Banjar Petambakan pertama yang memerintah pada kurang lebih
tahun 1582 (melihat pendirian Pendopo Kabupaten Banyumas di Kejawaran oleh
Warga Hutomo II,yang merupakan salah satu pecahan dari Kabupaten Wirasaba
tercatat tahun 1582).
Namun siapa pengganti Kyai Ngabei Wiroyudo sampai R. Ngabehi Banyakwide diangkat sebagai Kliwon Banyumas yang bermukim di Banjar Petambakan tidak diketahui, karena tidak ada/belum ditemukan sumber/catatan tertulis. Ada kemungkinan Kabupaten Banjar Petambakan di bawah Kyai Ngabei Wiroyuda tidak berkembang seperti halnya Kabupaten Merden yang diperintah R. Ngabei Wirakusuma.Tidak demikian halnya dengan Kabupaten Banyumas (Daerah Kejawar) di bawah pemerintahan R. Adipati Wargo Hutomo II yang bertahan dan terus berkembang.
R. Banyakwide adalah putra R. Tumenggung Mertoyudan (Bupati Banyumas ke 4). Dari sini terlihat bahwa seama 3 (tiga) periode kepemimpinan Bupati di Kabupaten Banyumas (setelah Wargo Hutomo II) sampai dengan Bupati ke 4 (R.T. Mertoyudo), Kabupaten Banjar Petambakan tidak tercatat ada yang memerintah. Karena cukup lama tidak ada yang memerintah, maka setelah diangkatnya R. Banyakwide sebagai Kliwon Banyumas tetapi bermukim di Banjar Petambakan, ada yang menyebut Banyakwide adalah Bupati Bajar Petambakan Pertama setelah Pemerintahan Ngabehi Wiroyudo.
R. Banyakwide mempunyai 4 (empat) putra, yaitu :
1. Kyai Ngabei Mangunyudo
2. R. Kenthol Kertoyudo
3. R. Bagus Brata
4. Mas Ajeng Basiah
Sepeninggal R. Banyakwide Kabupaten Banjar Petambakan diperintah oleh R. Ngabei Mangunyudo I yang kemudian dikenal dengan julukan Hadipati Mangunyudo sedo Loji (Benteng), karena beliau gugur di loji saat perang melawan Belanda di Kertosuro.
Kebenciannya terhadap Belanda ditunjukan sewaktu ada geger perang Pracino (pecinan) yaitu pemberontakan oleh bangsa Tionghoa kepada VOC saat Mataram dipimpin Paku Buwono II.
R. Ngabehi Mangunyudo I sebagai Bupati manca minta ijin untuk menghancurkan Loji VOC di Kertasura. Paku Buwono II mengijinkan dengan satu permintaan agar R. Ngabehi Mangunyudo tidak membunuh pasangan suami istri orang Belanda yang berada di Loji paling atas.
Akhirnya perangpun terjadi antara prajurit Mangunyudo I dengan pasukan VOC (tahun 1743). Melihat prajuritnya banyak yang tewas, Adipati Mangunyudo I marah, seluruh penghuni Loji dibunuhnya, bahkan beliu lupa pesan Sri Susuhunan Pakubuwono II. Melihat masih ada orang Belanda yang masih hidup di bagian atas Loji, maka R.Mangunyudo I mengejar dan berusaha membunuh pasangan suami istri orang Belanda, yang sebenarnya adalah Pakubowono II dan Permasuri yang sedang menyamar. Merasa terancam jiwanya, Pakubuwono II akhirnya membunuh Adipati Mangunyudo I yang sedang kalap di Loji VOC tersebut. Sebab itulah kemudian Adipati Mangunyudo I dikenal dengan sebutan Adipati Mangunyudo Sedo Loji.
KABUPATEN BANJARNEGARA
Namun siapa pengganti Kyai Ngabei Wiroyudo sampai R. Ngabehi Banyakwide diangkat sebagai Kliwon Banyumas yang bermukim di Banjar Petambakan tidak diketahui, karena tidak ada/belum ditemukan sumber/catatan tertulis. Ada kemungkinan Kabupaten Banjar Petambakan di bawah Kyai Ngabei Wiroyuda tidak berkembang seperti halnya Kabupaten Merden yang diperintah R. Ngabei Wirakusuma.Tidak demikian halnya dengan Kabupaten Banyumas (Daerah Kejawar) di bawah pemerintahan R. Adipati Wargo Hutomo II yang bertahan dan terus berkembang.
R. Banyakwide adalah putra R. Tumenggung Mertoyudan (Bupati Banyumas ke 4). Dari sini terlihat bahwa seama 3 (tiga) periode kepemimpinan Bupati di Kabupaten Banyumas (setelah Wargo Hutomo II) sampai dengan Bupati ke 4 (R.T. Mertoyudo), Kabupaten Banjar Petambakan tidak tercatat ada yang memerintah. Karena cukup lama tidak ada yang memerintah, maka setelah diangkatnya R. Banyakwide sebagai Kliwon Banyumas tetapi bermukim di Banjar Petambakan, ada yang menyebut Banyakwide adalah Bupati Bajar Petambakan Pertama setelah Pemerintahan Ngabehi Wiroyudo.
R. Banyakwide mempunyai 4 (empat) putra, yaitu :
1. Kyai Ngabei Mangunyudo
2. R. Kenthol Kertoyudo
3. R. Bagus Brata
4. Mas Ajeng Basiah
Sepeninggal R. Banyakwide Kabupaten Banjar Petambakan diperintah oleh R. Ngabei Mangunyudo I yang kemudian dikenal dengan julukan Hadipati Mangunyudo sedo Loji (Benteng), karena beliau gugur di loji saat perang melawan Belanda di Kertosuro.
Kebenciannya terhadap Belanda ditunjukan sewaktu ada geger perang Pracino (pecinan) yaitu pemberontakan oleh bangsa Tionghoa kepada VOC saat Mataram dipimpin Paku Buwono II.
R. Ngabehi Mangunyudo I sebagai Bupati manca minta ijin untuk menghancurkan Loji VOC di Kertasura. Paku Buwono II mengijinkan dengan satu permintaan agar R. Ngabehi Mangunyudo tidak membunuh pasangan suami istri orang Belanda yang berada di Loji paling atas.
Akhirnya perangpun terjadi antara prajurit Mangunyudo I dengan pasukan VOC (tahun 1743). Melihat prajuritnya banyak yang tewas, Adipati Mangunyudo I marah, seluruh penghuni Loji dibunuhnya, bahkan beliu lupa pesan Sri Susuhunan Pakubuwono II. Melihat masih ada orang Belanda yang masih hidup di bagian atas Loji, maka R.Mangunyudo I mengejar dan berusaha membunuh pasangan suami istri orang Belanda, yang sebenarnya adalah Pakubowono II dan Permasuri yang sedang menyamar. Merasa terancam jiwanya, Pakubuwono II akhirnya membunuh Adipati Mangunyudo I yang sedang kalap di Loji VOC tersebut. Sebab itulah kemudian Adipati Mangunyudo I dikenal dengan sebutan Adipati Mangunyudo Sedo Loji.
KABUPATEN BANJARNEGARA
Karena selama perang
Diponegoro dapat mengatasi pasukan Pangeran Diponegoro yang dibantu oleh
pasukan dari Kabupaten Banjarwatulembu yang dibantu oleh pasukan Kabupaten
(pada waktu itu terdapat ikatan perjanjian dengan Ngabei di Purbolinggo dan
kemudian diangkat menjadi Tumenggung selama 25 tahun, oleh Belanda diusulkan
menjadi Bupati Banjar ( Banjar Watulembu). Setelah mendapat ijin, maka berdasarkan
Resolutie Governeur General Buitenzorg tanggal 22 Agustus 1831 Nomor I, maka
Raden Tumenggung Dipoyudho IV resmi menjabat Bupati Banjar Watulembu.
Persoalan meluapnya
Sungai Serayu menjadi kendala yang menyulitkan komunikasi dengan Kasunanan
Surakarta. Kesulitan ini menjadi sangat dirasakan menjadi beban bagi bupati
ketika beliau harus menghadiri Pasewakan Agung pada saat-saat tertentu di
Kasultanan Surakarta. Untuk mengatasi masalah ini diputuskan untuk memindahkan
ibukota kabupaten ke selatan Sungai Serayu. Daerah Banjar (sekarang Kota
Banjarnegara) menjadi pilihan untuk ditetapkan sebagai ibukota yang baru.
Kondisi daerah yang baru ini merupakan persawahan yang luas dengan beberapa
lereng yang curam. Di daerah persawahan (Banjar) inilah didirikan ibukota
kabupaten (Negara) yang baru sehingga nama daerah ini menjadi Banjarnegara
(Banjar : Sawah, Negara : Kota).
Beberapa saat setelah
pengangkatannya, Raden Tumenggung Dipoyudho IV meminta ijin kepada Paku Buwana
VII di Kasunanan Surakarta untuk memindahkan kota kabupaten ke sebelah selatan
Sungai Serayu. Setelah permintaan tersebut dikabulkan, maka dimulailah
pembangunan kota kabupaten yang semula berupa daerah persawahan. Untuk
mengenang asal mulai Kota Kabupaten baru yang berupa persawahan dan telah dibangun
menjadi kota, oleh Raden Tumenggung Dipoyudho IV, Kabupaten Baru tersebut
diberi nama “BANJARNEGARA” ( mempunyai maksud Sawah=Banjar, berubah menjadi
kota=negara ) sampai sekarang. Setelah segala sesuatu siap, Raden Tumenggung
Dipoyudo IV sebagai Bupati beserta semua pegawai Kabupaten pindah dari Banjar
Watulembu ke kota yang baru Banjarnegara. Dikarenakan pada saat pengangkatannya
status Kabupaten Bajar Watulembu yang terdahulu telah dihapus, maka Raden
Tumenggung Dipoyudho IV dikenal sebagai Bupati Banjarnegara I (Pertama).
Peristiwa Pengangkatan Raden Tumenggung Dipoyudho IV pada tanggal 22 Agustus
1831 sebagai Bupati Banjarnegara inilah yang dijadikan dasar untuk menetapkan
Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara, yaitu dengan Keputusan Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara
tanggal 1 Juli 1981 dan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II
Banjarnegara Nomor 3 Tahun 1994 Tentang Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara.
R.Tumenggung Dipoyuda menjabat
Bupati sampai tahun 1846, kemudian diganti R. Adipati Dipodiningkrat, tahun
1878 pensiun. Penggantinya diambil dari luar Kabupaten Banjarnegara. Gubermen
(pemerintahan) mengangkat Mas Ngabehi Atmodipuro, patih Kabupaten
Purworejo(Bangelan) I Gung Kalopaking di panjer (Kebumen) sebagai penggantinya
dan bergelar Kanjeng Raden Tumenggung Jayanegara I. Beliau mendapat ganjaran
pangkat "Adipati" dan tanda kehormatan "Bintang Mas" Tahun
1896 beliau wafat diganti putranya Raden Mas Jayamisena, Wedana distrik
Singomerto (Banjarnegara) dan bergelar Kanjeng Raden Tumenggung JayanegaraII.
Dari pemerintahan Belanda Raden Tumenggung Jayanegara II mendapat anugrah
pangkat "Adipati Aria" Payung emas Bintang emas besar, Officer
Oranye. Pada tahun 1927 beliau berhenti, pensiun. Penggantinya putra beliau
Raden Sumitro Kolopaking Purbonegoro, yang juga mendapat anugrah sebutan
Tumenggung Aria, beliau keturunan kanjeng R. Adipati Dipadingrat, berarti
kabupaten kembali kepada keturunan para penguasa terdahulu. Diantara para
Bupati Banjarnegara, Arya Sumitro Kolopaking yang menghayati 3 jaman, yaitu
jaman Hindia Belanda, Jepang dan RI, dan menghayati serta menangani langsung
Gelora Revolusi Nasional (1945 - 1949). Ia mengalami sebutan "Gusti
Kanjeng Bupati", lalu "Banjarnegara Ken Cho" dan berakhir
"Bapak Bupati". Selanjutnya yang menjadi Bupati setelah Raden Aria
Sumtro Kolopaking Purbonegoro ialah : R. Adipati Dipadiningrat (1846-1878)
- Mas Ngabehi Atmodipuro (1878-1896)
- Raden Mas Jayamisena (1896-1927)
- Raden Sumitro Kolopaking Purbonegoro (1927-1949)
- Raden Sumitro, Tahun 1949 - 1959.
- Raden Mas Soedjirno, Tahun 1960 - 1967.
- Raden Soedibjo, Tahun 1967 - 1973.
- Drs. Soewadji, Tahun 1973 - 1980.
- Drs.H. Winarno Surya Adisubrata, Tahun 1980 - 1986.
- H. Endro Soewarjo, Tahun 1986 - 1991.
- Drs.H.Nurachmad, Tahun 1991 - 1996.
- Drs.H.Nurachmad, tahun 1996 - 2001.
- Drs.Ir. Djasri, MM, MT dan Wabup : Drs. Hadi Supeno, Msi, tahun 2001-2006
- Drs.Ir. Djasri, MM, MT dan Wabup : Drs. Soehardjo. MM, tahun 2006-2011
- Sutedjo dan Wabup : Hadi Supeno tahun 2011-2016
Lambang
Tanggal 17 Agustus
1967 merupakan tanggal bersejarah bagi rakyat Banjarnegara yang ditandai
pembukaan selubung Lambang Daerah Kabupaten Banjarnegara oleh Bupati
Banjarnegara ke-7, M.Soedjirno, di ruang sidang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Gotong Royong (DPRDGR), setelah disyahkan DPRDGR Kabupaten Banjarnegara 11
Agustus 1967.
LAMBANG Daerah itu
"diukir" oleh panitia khusus DPRDGR, ditambah gambar dari pemenang
kedua dan pemenang harapan "Sayembara Lambang". terdiri dari: R.
soenardi (Ketua merangkap anggota), Moh. Kosim (Wakil ketua merangkap anggota),
Soetarno (anggota), dan Soedijono Tjokrosapoetra (anggota), dan Marchaban
Mangunhardjo (anggota). Panitia khusus tersebut dibentuk berdasarkan Surat
Keputusan DPRDGR Banjarnegara No. 145/17/DPRDGR-66 tertanggal 9 Desember 1966.
Arti Lambang
SESANTI / SURYA
SENGKALA Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banjarnegara
Nomor 11 Tahun 1988 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Kabupaten Daerah
Tingkat II Tentang Lambang Daerah. Sesanti tersebut berbunyi : "WANI
MEMETRI RAHAYUNING PRAJA" Yang mempunyai makna : Segenap Warga Daerah
Banjarnegara bertekad bulat melestarikan kemakmuran menuju kebahagiaan lahir
bathin bagi rakyat dan pemerintahannya.
Makanan khas
Banjarnegara
Makanan khas
Banjarnegara antara lain Dawet Ayu, Tempe Mendhoan, Combro Kering, Bakso (bukan
merupakan asli Banjarnegara, melainkan dibawa oleh pendatang dari Wonogiri),
Apem Madukara, Jenang Salak Madukara, Buntil, jipang, keripik kentang Batur,
keripik Mujahir dari Luwung Kec. Rakit.
Obyek Wisata di
Banjarnegara
Obyek wisata yang ada
di Banjarnegara, antara lain:
- Obyek Wisata Dataran Tinggi Dieng
- Taman Rekreasi Marga Satwa Serulingmas
- Arung Jeram Sungai Serayu
- Bendungan Panglima Besar Jenderal Soedirman
- Curug Pitu
- Surya Yudha Park
- Serayu Park
- Curug Muncar
- Gunung Tampomas
- Gunung Lanang
- Wadas Tumpang
Tokoh Dari
Banjarnegara
- M. Ma'ruf, Mantan Menteri Dalam Negeri dalam Kabinet Indonesia Bersatu (2004 s/d 2007)' lantas digantikan oleh H. Mardiyanto
- Ebiet G. Ade, Penyanyi lagu-lagu balada di era 70an hingga sekarang
- Chris John, Petinju dengan nama lengkap Yohannes Christian John, atau lebih dikenal sebagai Chris John adalah seorang petinju Indonesia. Ia tercatat sebagai petinju Indonesia kelima yang berhasil meraih gelar juara dunia, setelah Ellyas Pical, Nico Thomas, Ajib Albarado dan Suwito Lagola
- Herry Suhardiyanto, peneliti dan rektor Institut Pertanian Bogor
Geografi
Bentang alam berdasarkan bentuk tata alam dan penyebaran geografis,
wilayah ini dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
- Zona Utara, adalah kawasan pegunungan yang merupakan bagian dari Dataran Tinggi Dieng, Pegunungan Serayu Utara. Daerah ini memiliki relief yang curam dan bergelombang. Di perbatasan dengan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang terdapat beberapa puncak, seperti Gunung Rogojembangan dan Gunung Prahu. Beberapa kawasan digunakan sebagai obyek wisata, dan terdapat pula tenaga listrik panas bumi. Pada sebelah utara meliputi Kecamatan : Kalibening, Pandanarum, Wanayasa, Pagentan, Pejawaran, Batur, Karangkobar, Madukara
- Zona Tengah, merupakan zona Depresi Serayu yang cukup subur. Bagian wilayah ini meliputi Kecamatan : Banjarnegara, Madukara,Ampelsari, Bawang, Purwanegara, Mandiraja, Purworejo Klampok, Susukan, Wanadadi, Banjarmangu, Rakit
- Zona Selatan, merupakan bagian dari Pegunungan Serayu, merupakan daerah pegunungan yang berrelif curam. Meliputi Kecamatan : Pagedongan, Banjarnegara, Sigaluh, Mandiraja, Bawang, Susukan